BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam studi
analisis farmasi tidaklah langsung dilakukan suatu analisis tapi berawal dari
identifikasi dan penetapan kadar. Identifikasi dapat diartikan sebagai cara
untuk mengetahui suatu jenis senyawa dengan cara mengujinya. Ada banyak cara
yang dapat digunakan untukmelakukan suatu identifikasi. Selain identifikasi
juga ada yang disebut dengan penetapan kadar yang artinya adalah prosedur
pengukuran analit atau konsentrasi.
Nah, dalam identifikasi dan penetapan kadar ini yang
digunakan adalah sediaan salep yang mengandung asam salisilat dengan metode
yaitu metode volumetric dan spektrofotometri. Kita ketahui bahwa salep adalah suatu
sediaan farmasi berbentuk semi padat yang digunakan pada bagian luar tubuh
manusia.
Asam salisilat adalah jenis obat oles yang digunakan
untuk mengatasi berbagai masalah kulit, khususnya yang disebabkan karena
lapisan kulit yang tebal dan mengeras..
Dalam melakukan identifikasi dan penetapan kadar
menggunakan metode volumetri dan spektrofotometri. Volumetri adalah analisa
yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisa volumetri biasa disebut juga sebagai
analisis titirimetri atau titrasi yaitu yang diukur adalahvolume larutan yang
diketahui konsentrasinya. Dan spektrofotometri adalah merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk menganalisis dan menentukan komposisi dari suatu
sampel baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara identifikasi dan penetapan kadar asam salisilat dalam sediaan
salep Pagoda, Nosib, Zolf, dan Salep 2 – 4 secara volumetric dan
spektrofotometri.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar
asam salisilat dalam sediaan salep Pagoda, Nosib, Zolf, dan Salep 2 – 4 secara
volumetric dan spektrofotometri.
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Obat merupakan
sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Depkes
RI, 2005).
Salep adalah sediaan setengah
padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam
salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 %
(
Anief, 2005).
Analisis
penentuan kadar asam salisilat dalam sampel pada praktikum kali ini menggunakan teknik
spektrofotometri UV-Vis. Prinsip dasar spektrofotometri yaitu metode analisa kimia
berdasarkan serapan molekul terhadap gelombang elektromagnetik (cahaya). Sehingga berhubungan
dengan absorbansi dan transmitansi.
Absorbansi adalah cahaya yang dapat diserap oleh sampel dan transmitasi adalah cahaya yang
diteruskan panjang gelombang maksimum, menentukan standard dan menentukan
konsentrasi sampel (Welfare, 2006).
Asam salisilat
dapat menyerap radiasi UV karena memiliki gugus kromofor atau ikatan rangkap
terkonjugasi dan auksokorm dalam strukturnya. Gugus kromofor adalah ikatan atau
gugus fungsi spesifik dalam molekul yang bertanggung jawab atas penyerapan
cahaya pada panjang gelombang tertentu. Gugus kromofor pada asam salisilat adalah
gugus benzyl (memiliki ikatan rangkap terkonjugasi). Panjang gelombang serapan
maksimum ( maks) danλ koefisien ekstingsi molar akan bertambah dengan
bertambahnya jumlah ikatanε rangkap terkonjugasi. Sedangkan gugus auksokorm
adalah gugus fungsi dalam suatu molekul yang dapat mempengaruhi absorpsi
radiasi gugus kromofor. Jika gugus auksokorm terdelokalisasi ke gugus kromofor
, maka intensitas absorbansi akan meningkat dan terjadi pergeseran batokromik
atau hipsokromik. Gugus kromofor yang terdapat pada asam mefenamat antara lain
gugus -OH (Hidroksi) (Charke, 2005).
Spektofotometer
sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spectrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang diabsorpsi. Jadi,
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut diabsorbsi. Pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar - benar terseleksi dapat diperoleh
dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Pada pengukuran di daerah
tampak, kuvet kaca dapat digunakan tetapi untuk pengukuran di daerah tampak,
kuvet kaca dapat digunakan tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus
cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih
kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang digunakan berbentuk
persegi. Kita harus menggunakan kuvet untuk pelarut organic (Khopkar, 2008).
Metode
spektrofotometri sinar tampak digunakan untuk menetapkan kadar senyawa obat
dalam jumlah yang cukup banyak. Cara untuk menetapkan kadar sampel adalah
dengan menggunakan perbandingan absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau
dengan menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara
konsentrasi baku dengan absorbansinya (Rohman, 2012).
2.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi :AQUA
DESTILLATA
Nama lain :Air
suling, Aquadest
RM / BM :H2O
/ 18,02
Struktur :
2.
Asam
salisilat ( FI III, hal : 56 )
Nama resmi :ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain :Asam salisilat
RM/BM :C7H6O3/138,12
Pemerian :Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hamir tidak berbau; rasa agak
manis dan tajam.
Kelarutan :larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)
P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan ammonium
asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P. kalium sitrat P, dan natrium sitrat P.
Struktur :
3.
Asam
sulfat (Dirjen POM 1979 : 58)
Nama resm :ACIDUM
SULFURICUM
Sinonim :Asam
sulfat
RM/BM :H2SO4/98,07
Pemerian :Cairan kental seperti minyak, korosif,
tidak
Struktur :
4. Asam Nitrat (Dirjen POM, 1979 : )
Nama
Resmi :Acidum Nitricum
Nama
Lain :Asam Nitrat
RM
/ BM :HNO3/63,01
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, bau
khas, rasa asam tajam
Struktur
:
5. Eter (Ditjen POM, 1979 : 672)
Nama
Resmi :AETHER ANASTHETICUS
Nama
Lain :Eter anastesi, efoksierana
RM/BM :C4H10O/74,12
Pemerian :Cairan transparan, tidak berwarna, bau
khas, rasa manis atau membakar,sangat mudah terbakar.
Kelarutan :Larut dalam 10 bagian air, dapat
bercampur dengan etanol (95%) P dengan kloroform P, minyak lemak, dan minyak
atsiri.
6. Fenol
Merah (Dirjen POM, 1979: 704)
Nama
resmI :FENOL SULFAKTALEIN
Nama
lain : 4,4(3 – 2,1-
Bensik Satiol 3-1 liter) Difenol
RM/
BM : C6 H14
O3/318,32
Pemerian : serbuk hablur bermacam-macam warna
merah tua sampai merah
Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam
kloroform eter
7. FeCl3
(Ditjen POM, 1979 : 659)
Nama Resmi : FERRI CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) klorida
RM/BM : FeCl3/162,2
Pemerian :Hablur atau serbuk hablur, hitam
kehijauan, bebas berwarna jingga dari
garam hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembaban.
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi
berwarna jingga.
8. Metanol (dirjen POM, 1979 :706)
Nama Resmi :
METANOLUM
Nama Lain :
Methanol
RM/BM :
CH2OH/0,796-0,798
Pemerian :
Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas
Kelarutan :
Dapat bercampur dengan air
9.
Natrium
Hidroksida (Dirjen POM, 1979 : 412)
Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM/BM : Na(OH)/ 40
Pemerian : Bentuk batang massa hablur air keping-keping, keras dan
rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis
dan korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
2.3 Prosedur Kerja
A. Identifikasi Asam
Salisilat
Sampel salep sebanyak 1 gram
diekstraksi dengan 30 mL petroleum eter lalu dipanaskan dalam penangas air
sampai melebur sempurna. Fasa petroleum eter diperoleh dengan cara menuangkan.
Selanjutnya diekstraksi dengan NaOH 3 N sebanyak 3 kali. Fasa NaOH yang diperoleh
diasamkan dengan H2SO4 3 Ndikocok kuat – kuat lalu diekstraksi
sebanyak 3 kali dengan 20 mL eter. Terakhir diekstraksi dengan 20 mL kloroform.
Fasa eter diuapkan pelarutnya sampai kering.
1. Hasil ekstraksi ditambah 1,0 mL air, lalu ditambah 1 tetes FeCl3, terjadi warna biru violet.
2. Hasil ekstraksi ditambah pereaksi Folin
– Ciocalteu menghasilkan warna biru.
3. Zat hasil ekstraksi ditembahkan 0,5 mL asam nitrat pekat
dan diuapkan sampai kering, lalu dilarut dalam 5
mL aseton dan 5 mL KOH – etanol
0,1 N, termasuk
warna merah jingga.
4. Zat hasil ekstraksi ditambahkan aseton lalu ditetesi air dan didiamkan
sejenak,
diamati menggunakan mikroskop diperoleh Kristal berbentuk
jarum tajam.
5.
Tambahkan asam pada larutan pekat sampel, terbentuk endapan hablur
putih asam salisilat yang melebur pada suhu
158 – 161 °C.
6.
Zat hasil ekstraksi
ditambahkan asam sulfat
pekat dan methanol,
dipanaskan, tercium bau khas metil
salisilat (gandapura).
7.
Reaksi tetes zat
dengan larutan NBD – klorida
menghasilkan warna
kuning sitrun.
B. Penetapan
Kadar Asam Salisilat secara Volumetri
1. Lakukan
penetapan kadar sampel dengan menimbang sediaan salep setara dengan 3 gram asam
salisilat (lakukan ekstraksi seperti pada bagian III.A).
2. Ekstrak
kering sampel dilarutkan dengan 15 mL etanol (95%) P hangat yang telah
dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, tambahkan 20 mL aquadest.
3. Titrasi
dengan larutan baku NaOH 0,5 N menggunakan indicator merah fenol P.
4. Setiap
1 mL NaOH 0,5 N setara dengan 69,06 mg C7H6O3
Kadar As. Salisilat =
(N x V) NaOH x Berat setara As. Salisilat x 100%
Berat
sampel
C.
Penetapan Kadar Asam Salisilat secara Spektrofotometri
1. Timbang
seksam 100,0 mg asam salisilat murni, masukkan dalam labu ukur 100 mL encerkan
dengan larutan NaOH 0,1 N sampai tanda.
2. Pipet
masing – masing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL larutan dan encerkan dalam labu
ukur 50 mL dengan larutan NaOH 0,1 N, maka diperoleh larutan baku dengan
konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm.
3. Ambil
larutan 60 ppm dan ukur panjang gelombang maksimum dan hitung persamaan garis
lurusnya.
4. Ukur
larutan baku point (2) pada panjang gelombang maksimum dan hitung persamaan
garis lurusnya.
5. Timbang
sediaan salep (BS) berupa ekstraksi kering yang setara dengan 60 ppm asam
salisilat setelah dilakukang pengenceran (volume ekstrak, VE) dengan larutan
NaOH 0,1 N dalam labu ukur.
6. Ukur
larutan sampel pada panjang gelombang maksimum dan tentukan nilai absorbansinya
(ulangi perlakuan 6 sebanyak 3 kali).
7. Hitunglah
kadar asam salisilat dalam sediaan salep.
BAB
3 METODE KERJA
3.1 Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah
erlenmeyer, corong pisah, buret + statif, gelas ukur, gelas beker, pipet
volume, pipet tetes, labu takar, penangas air, spektrofotometri, kertas saring,
timbangan analitik.
3.2 Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum adalah
sediaan salep asam salisilat, bahan obat murni asam salisilat, H2SO4,
NaOH 3 N, pereaksi FeCl3,
pereaksi Folin – Clocalteu, aseton, HNO3 pekat,
KOH – etanol 0,1 N, petroleum eter, larutan baku NaOH 0,5 N, larutan NaOH 0,1
N, eter, kloroform, indicator merah fenol P, dan methanol.
3.3 Cara Kerja
A.
Identifikasi Asam Salisilat
1. Ditimbang
salep sebanyak 1 gram
2. Diekstraksi
dengan 30 mL petroleum eter lalu
3. Dipanaskan
dalam penangas air sampai melebur sempurna. Fasa petroleum eter diperoleh
dengan cara menuangkan. Selanjutnya
4. Diekstraksi
dengan NaOH 3 N sebanyak 3 kali. Fasa NaOH yang diperoleh diasamkan dengan H2SO4 3 N
dikocok kuat – kuat lalu
5. Diekstraksi
sebanyak 3 kali dengan 20 mL eter. Terakhir diekstraksi dengan 20 mL kloroform.
Fasa eter
6. Diuapkan
pelarutnya sampai kering.
· Hasil ekstraksi ditambah 1,0 mL air, lalu ditambah 1 tetes FeCl3, terjadi warna biru violet.
· Hasil
ekstraksi ditambah pereaksi Folin – Ciocalteu menghasilkan warna biru.
· Zat hasil
ekstraksi ditembahkan 0,5 mL asam nitrat pekat dan diuapkan sampai kering, lalu
dilarut dalam 5 mL aseton
dan 5 mL KOH – etanol 0,1 N, termasuk warna merah jingga.
· Zat hasil
ekstraksi ditambahkan aseton lalu ditetesi air dan didiamkan sejenak,
diamati menggunakan mikroskop
diperoleh Kristal berbentuk jarum tajam.
· Tambahkan
asam pada larutan pekat sampel, terbentuk endapan hablur putih asam salisilat
yang melebur pada suhu 158 – 161 °C.
· Zat hasil
ekstraksi ditambahkan asam
sulfat pekat dan
methanol,
· Dipanaskan,
tercium bau khas metil salisilat (gandapura).Reaksi tetes
zat dengan larutan
NBD – klorida menghasilkan warna
kuning sitrun.
B.
Penetapan Kadar Asam Salisilat secara Volumetri
1. Dilakukan
penetapan kadar sampel dengan menimbang sediaan salep setara dengan 3 gram asam
salisilat (lakukan ekstraksi seperti pada bagian III.A).
2. Dilarutkan
ekstrak kering dengan 15 mL etanol (95%) P hangat yang telah dinetralkan
terhadap larutan merah fenol P, tambahkan 20 mL aquadest.
3. Dititrasi
dengan larutan baku NaOH 0,5 N menggunakan indicator merah fenol P.
4. Disetiap
1 mL NaOH 0,5 N setara dengan 69,06 mg C7H6O3
Kadar As. Salisilat = (N x V) NaOH x
Berat setara As. Salisilat x 100%
Berat sampel
C.
Penetapan Kadar Asam Salisilat secara Spektrofotometri
1. Ditimbang
seksama 100,0 mg asam salisilat murni, masukkan dalam labu ukur 100 mL encerkan
dengan larutan NaOH 0,1 N sampai tanda.
2. Dipipet
masing – masing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL larutan dan encerkan dalam labu
ukur 50 mL dengan larutan NaOH 0,1 N, maka diperoleh larutan baku dengan
konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm.
3. Diambil
larutan 60 ppm dan ukur panjang gelombang maksimum dan hitung persamaan garis
lurusnya.
4. Diukur
larutan baku point (2) pada panjang gelombang maksimum dan hitung persamaan
garis lurusnya.
5. Ditimbang
sediaan salep (BS) berupa ekstraksi kering yang setara dengan 60 ppm asam
salisilat setelah dilakukang pengenceran (volume ekstrak, VE) dengan larutan
NaOH 0,1 N dalam labu ukur.
6. Diukur
larutan sampel pada panjang gelombang maksimum dan tentukan nilai absorbansinya
(ulangi perlakuan 6 sebanyak 3 kali).
7. Dihiitung
kadar asam salisilat dalam sediaan
salep.
BAB
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
a. Identifikasi
Asam Salisilat
No
|
Sampel
|
Pereaksi
|
Hasil
|
Pengamatan
|
1
|
Nosib
|
Air + FeCl3
|
-
|
-
|
Folin-Ciaocalteu
|
+
|
Biru
|
||
Asam sitrat
|
-
|
-
|
||
2
|
Pagoda
|
Air + FeCl3
|
+
|
Biru violet
|
Folin-Ciaocalteu
|
-
|
-
|
||
3
|
Zolf
|
Air + FeCl3
|
-
|
-
|
Folin-Ciaocalteu
|
+
|
Biru
|
||
4
|
Salep 2-4
|
Air + FeCl3
|
+
|
Biru violet
|
Folin-Ciaocalteu
|
+
|
Biru
|
||
H2SO4
pekat
|
+
|
Bau khas metil selulosa
|
b. Analisis
Volumetri
Sampel
|
V Baku NaOH 0,4767 N
|
Kadar as. Salisilat
|
Asam
salisilat murni
|
2 mL
|
6,52 %
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan defenisinya bahwa salep adalah suatu sediaan
farmasi berbentuk semi padat yang digunakan pada bagian luar tubuh manusia. Nah,
salep ini dapat digunakan pada bagian
kulit yang mengalami masalah. Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang
sensitive jadi didalam salep kandungan bahan haruslah aman terhadap kulit.
Didalam salep terkandung asam salisilat, untuk mengetahui
kandungan dari salep dan kadar asam salisilat perlu dilakukan identifikasi dan
penentuan kadar dari sediaan salep yang mengandung asam salisilat secara
molumetri an secara spektrofotometri. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah adalah
untuk mengetahui kadar pada sediaan salep yang mengandung asam salisilat secara
volumetri dan spektrofotometri.
Dalam praktikum ini terdapat tiga jenis percobaan dengan
sampel yang berbeda dari masing – masing kelompok yang ada. Percobaan yang
dilakukan adalah identifikasi asam salisilat, penetapan kadar asam salisilat
secara volumetri dan penetapan kadar asam salisilat secara spektrofotometri.
Hasil ekstraksi
ditambah 1,0 mL air, lalu ditambah 1
tetes FeCl3,
terjadi warna biru violet. Hasil ekstraksi ditambah pereaksi Folin – Ciocalteu
menghasilkan warna biru. Zat
hasil ekstraksi ditembahkan 0,5
mL asam nitrat pekat dan diuapkan sampai
kering, lalu dilarut dalam
5 mL aseton dan 5 mL KOH – etanol
0,1 N, termasuk warna merah jingga. Zat
hasil ekstraksi ditambahkan
aseton lalu ditetesi air dan didiamkan sejenak, diamati menggunakan
mikroskop diperoleh Kristal
berbentuk jarum tajam. Tambahkan asam pada larutan pekat sampel, terbentuk
endapan hablur putih asam salisilat yang melebur pada suhu 158 – 161 °C.
Zat hasil ekstraksi
ditambahkan asam sulfat
pekat dan methanol, dipanaskan, tercium bau khas metil
salisilat (gandapura). Reaksi tetes zat
dengan larutan NBD – klorida
menghasilkan warna kuning sitrun.
Pada percobaan yang dilakukan pada tabung pertama
ditambahkan air dan FeCl3
warnanya menjadi biru violet, kemudian pada tabung kedua yang ditambahkan
dengan folin – ciocalteu menghasilkan warna biru, pada tabung ketiga HNO3 menghasilkan warna jingga. Dan pada
penambahan H2SO4 setelah dilakukan pemanasan hingga tercium
bau khas (gandapura).
BAB
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang didapatkan dari percobaan
identifikasi asam salisilat yaitu pada
salep 2-4 menunjukkan hasil positif mengandung asam sailisilat pada semua uji
identifikasi yang dilakukan sedang salep pagoda hanya menunjukkan hasil positif
mengandung asam salisilat pada uji dengan pelarut Air + FeCl3.
Pada analisis volumetri didapatkan jumlah kadar asam salisilat
sebanyak 6,52% tidak sesuai dengan ketentuan dalam Farmakope Indonesia yang
menyatakan bahwa kandungan obat dalam salep adalah 10 %.
5.2 Saran
Sebaiknya asisten lebih bisa mengatur dan mengarahkan
praktikan sehingga praktikum dapat berlangsung dengan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Clarke. 2005. E.G.C. Prof.
Clarke’s Analysis of Drugs and poisons.Pharmaceutical Press
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.
Khopkar, S.M 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas
Indonesia: Jakarta
Rohman, abdul. Ibnu Gholib Ganjar.
2012. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
The Minister Of Health, Labour and
Welfare. 2006. Japanese Pharmacopeia Fifteenth Edition. Jirokawasaki
Undang-undang Bidang Kesehatan dan
Farmasi. 2005. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
LAMPIRAN
SKEMA
KERJA
A.
Identifikasi Asam Salisilat
Diekstraksi sebanyak
3 kali dengan 20 mL eter. Terakhir
Hasil ekstraksi ditambah 1,0 mL air, lalu ditambah 1 tetes
Hasil ekstraksi
ditambah pereaksi Folin – Ciocalteu
Zat hasil
ekstraksi ditembahkan 0,5 mL asam nitrat pekat dan diuapkan sampai kering, lalu
dilarut dalam 5 mL aseton
dan 5 mL KOH – etanol 0,1 N, termasuk warna merah jingga.
Zat hasil
ekstraksi ditambahkan aseton lalu ditetesi air dan
didiamkan sejenak,
diamati menggunakan mikroskop
Tambahkan asam pada
larutan pekat sampel, terbentuk
endapan hablur putih
asam salisilat yang melebur
Zat hasil
ekstraksi ditambahkan asam
sulfat
Dipanaskan, tercium
bau khas metil salisilat (gandapura).
Reaksi tetes
zat dengan larutan
NBD – klorida
menghasilkan warna kuning
sitrun.
B.
Penetapan Kadar Asam Salisilat secara Volumetri
Ditimbang
sediaan salep setara dengan 3 gram asam
Dilarutkan
ekstrak kering dengan 15 mL etanol (95%) P hangat
yang
telah dinetralkan terhadap larutan merah
Dititrasi
dengan larutan baku NaOH 0,5 N menggunakan
indicator
merah fenol P.
C.
Penetapan Kadar Asam Salisilat secara Spektrofotometri
Ditimbang seksama
100,0 mg asam salisilat murni, masukkan
dalam labu ukur 100
mL encerkan dengan larutan
Diperoleh larutan
baku dengan konsentrasi
Diambil larutan 60
ppm dan ukur panjang gelombang
Diukur larutan baku
point (2) pada panjang gelombang
Ditimbang sediaan
salep (BS) berupa ekstraksi kering
Dilakukang
pengenceran (volume ekstrak, VE) dengan
Diukur larutan sampel
pada panjang gelombang maksimum
Dihiitung kadar asam salisilat dalam sediaan salep.
GAMBAR
Salep 2 – 4 Pemanasan tabung reaksi setelah pengujian
Sampel setelah dikeringkan